Australia, Wartajiwa.com – Pantai Bondi yang ikonik berubah menjadi medan teror pada Minggu (14/12) malam waktu setempat, ketika dua penembak melancarkan serangan yang menargetkan komunitas Yahudi yang tengah merayakan hari pertama Hannukah. Insiden yang dikategorikan sebagai aksi terorisme ini menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai 40 lainnya, menjadikannya penembakan paling mematikan di Australia sejak tragedi Port Arthur tahun 1996.
Kronologi Serangan
Sekitar pukul 18.45 waktu setempat, dua pria bersenjata membuka tembakan ke arah kerumunan sekitar 1.000 orang yang menghadiri acara “Chanukah by the Sea” yang diselenggarakan oleh Chabad di Bondi Beach. Acara tahunan yang bertujuan merayakan penyalaan lilin pertama Menorah ini berubah menjadi kekacauan ketika peluru-peluru bersautan di area taman bermain Archer Park.
Video yang beredar menunjukkan dua pria bersenjata laras panjang menembak dari jembatan pejalan kaki yang menghubungkan Campbell Parade ke Bondi Pavilion. Kepanikan massal terjadi ketika pengunjung berhamburan mencari perlindungan, sementara yang lain tergeletak tak bergerak di atas rumput.
Kepolisian New South Wales yang segera merespons berhasil menghentikan satu pelaku, seorang pria berusia 50 tahun yang kemudian diidentifikasi sebagai ayah dengan menembak mati di lokasi kejadian. Pelaku kedua, putranya yang berusia 24 tahun dan teridentifikasi sebagai Naveed Akram, mengalami luka kritis dan kini dalam pengawasan ketat di rumah sakit. Dua petugas polisi turut menjadi korban dengan luka tembak saat bertugas.
Korban dan Dampak Kemanusiaan
Dari 15 korban tewas, termasuk di antaranya seorang gadis berusia 10 tahun, Rabi Eli Schlanger yang membantu menyelenggarakan acara, Alex Kleytman seorang penyintas Holocaust, dan warga negara Prancis Dan Elkayam. Usia korban berkisar dari 10 hingga 87 tahun, menunjukkan bahwa serangan ini tidak membedakan target dan benar-benar dirancang untuk membunuh sebanyak mungkin orang Yahudi.
Dari 40 orang yang dirawat di berbagai rumah sakit Sydney, termasuk empat anak, kondisi beberapa pasien dilaporkan kritis. Selain manusia, tragedi ini juga meninggalkan luka psikologis mendalam bagi komunitas Yahudi Australia yang telah mengalami lonjakan insiden antisemit sejak Oktober 2023.
Motif: Antisemitisme dan Terorisme
Komisaris Kepolisian New South Wales, Mal Lanyon, secara tegas menyatakan kejadian ini sebagai aksi terorisme. Timing serangan, pada hari pertama Hannukah, jenis senjata yang digunakan, dan penemuan bahan peledak improvisasi di kendaraan pelaku menjadi bukti kuat bahwa ini adalah serangan terencana yang menargetkan komunitas Yahudi.
Organisasi Intelijen Keamanan Australia (ASIO) mengonfirmasi bahwa salah satu pelaku sudah berada dalam radar mereka. Insiden ini terjadi dalam konteks meningkatnya antisemitisme di Australia, dengan Executive Council of Australian Jewry mencatat 1.654 insiden antisemit selama periode Oktober 2024-September 2025, atau lima kali lipat dari rata-rata tahunan sebelum 7 Oktober 2023.
Reaksi Domestik: Kecaman dan Dukungan
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyebut serangan ini sebagai “tindakan kejahatan murni, antisemitisme, dan terorisme.” Dalam konferensi pers, ia menegaskan: “Serangan terhadap warga Yahudi Australia adalah serangan terhadap setiap warga Australia. Tidak ada tempat untuk kebencian, kekerasan, dan terorisme di negara kita. Izinkan saya menegaskan: kami akan membasminya.”
Albanese mengadakan pertemuan darurat Komite Keamanan Nasional dan menginstruksikan bendera di seluruh negara dikibarkan setengah tiang. Premier New South Wales Chris Minns menyebut insiden ini “menyedihkan” dan mendorong warga untuk mengikuti arahan polisi dengan ketat.
CEO Australian Jewish Association, Robert Gregory, mengungkapkan kepedihan mendalam komunitas Yahudi. Ia menyoroti bahwa komunitas Yahudi di Australia sudah hidup dengan langkah-langkah keamanan ekstrem, namun serangan ini tetap terjadi. “Ini adalah serangan terhadap komunitas Yahudi yang sangat menyakiti kami,” ujarnya.
Sementara itu, Australian National Imams Council mengutuk keras serangan ini, menyatakan bahwa ini adalah momen bagi seluruh rakyat Australia, termasuk komunitas Muslim, untuk bersatu dalam kesatuan, kasih sayang, dan solidaritas, serta menolak kekerasan dalam bentuk apa pun.
Reaksi Internasional: Dukungan dan Kritik Tajam
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan respons paling keras dengan menyalahkan pemerintah Albanese karena “menuangkan bahan bakar pada api antisemitisme ini.” Netanyahu mengungkapkan bahwa ia telah mengirim surat peringatan kepada Albanese pada Agustus 2025, menyatakan bahwa kebijakan Australia yang mendukung pengakuan negara Palestina—yang diumumkan September lalu—telah mendorong “kebencian terhadap Yahudi yang kini merajalela di jalanan Anda.”
“Pemerintah Anda tidak melakukan apa pun untuk menghentikan penyebaran antisemitisme di Australia. Anda tidak mengambil tindakan. Anda membiarkan penyakit ini menyebar dan hasilnya adalah serangan mengerikan terhadap orang Yahudi yang kita saksikan hari ini,” kata Netanyahu dengan nada tajam.
Presiden Israel Isaac Herzog dan Menteri Luar Negeri Gideon Saar juga mengeluarkan pernyataan keras, meminta pemerintah Australia untuk mengambil tindakan melawan “gelombang besar antisemitisme” yang melanda masyarakat Australia.
Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengutuk serangan ini sebagai “serangan antisemit murni” dan memuji warga sipil yang menaklukkan salah satu pelaku. Dalam pidatonya di resepsi Natal Gedung Putih, Trump menyebut pria tersebut sebagai “orang yang sangat, sangat berani” yang telah menyelamatkan banyak nyawa. Pria itu adalah Ahmed al Ahmed, seorang pedagang buah Muslim berusia 43 tahun, yang meskipun tak memiliki pengalaman senjata api, dengan berani berlari dari belakang dan bergulat dengan pelaku hingga berhasil merebut senjata. Ahmed kini dirawat di rumah sakit dengan dua luka tembak.
Negara-negara Muslim seperti Arab Saudi, Iran, Qatar, dan Turki juga mengutuk serangan ini dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban. Raja Charles III dari Inggris menyatakan “ngeri dan sedih” atas serangan teroris antisemit yang paling mengerikan ini.
Kisah Kepahlawanan di Tengah Tragedi
Di tengah kekejaman, muncul kisah heroik Ahmed al Ahmed yang dengan tanpa pamrih mempertaruhkan nyawanya. Premier Chris Minns menyebutnya sebagai “pahlawan sejati” dan menyatakan bahwa banyak orang masih hidup malam ini berkat keberaniannya. Netanyahu pun memuji tindakannya: “Kami melihat aksi seorang pria berani, ternyata seorang Muslim yang berani, dan saya memberikan penghormatan kepadanya yang menghentikan salah satu teroris ini dari membunuh orang-orang Yahudi yang tidak bersalah.”
Imbauan KJRI Sydney untuk WNI
Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Sydney mengeluarkan imbauan resmi kepada Warga Negara Indonesia (WNI) di wilayah New South Wales. Kementerian Luar Negeri RI melalui KJRI Sydney menyatakan akan terus memantau serius perkembangan situasi dan berkoordinasi erat dengan otoritas setempat.
KJRI Sydney mengimbau WNI untuk:
- Menghindari lokasi kejadian untuk sementara waktu
- Mengikuti perkembangan informasi dari NSW Police dan arahan otoritas Australia
- Menjaga keselamatan diri dan keluarga dengan tetap waspada
- Memastikan dokumen identitas dalam kondisi siap dan mudah diakses
- Tetap tenang dan tidak panik menghadapi situasi
Hingga saat ini, belum terdapat informasi resmi yang menyebutkan adanya WNI yang terdampak dalam insiden tersebut. Otoritas Australia masih melakukan investigasi termasuk kemungkinan adanya ancaman lanjutan, dan belum mengumumkan kewarganegaraan seluruh korban.
WNI yang memerlukan bantuan atau memiliki informasi terkait dapat menghubungi Hotline KJRI Sydney melalui nomor telepon +61-434-544-478.
Refleksi: Australia Berduka
Bondi Beach, yang selama ini identik dengan kegembiraan, berkumpulnya keluarga, dan perayaan, kini ternoda selamanya oleh kejadian ini, seperti yang diungkapkan Perdana Menteri Albanese. Tragedi ini menjadi pengingat pahit bahwa antisemitisme dan ekstremisme dapat menyerang kapan saja dan di mana saja, bahkan di tempat yang paling ikonik sekalipun.
Sementara penyelidikan masih berlangsung dan polisi terus mencari kemungkinan pelaku ketiga, masyarakat Australia bersatu dalam duka dan solidaritas. Peningkatan kehadiran polisi di area dengan populasi Yahudi yang besar, tempat ibadah, dan lokasi-lokasi yang sering dikunjungi komunitas Yahudi menjadi prioritas untuk mencegah ancaman lebih lanjut.
Insiden ini bukan hanya tragedi bagi komunitas Yahudi Australia, tetapi juga ujian bagi nilai-nilai toleransi dan multikulturalisme yang selama ini dijunjung tinggi oleh negara Kanguru tersebut.
CATATAN REDAKSI:
Tragedi Penembakan Pantai Bondi merupakan peristiwa yang sangat memprihatinkan dan mencerminkan tantangan serius dalam menangani kebencian berbasis SARA yang terus meningkat di berbagai belahan dunia. Wartajiwa.com mengutuk segala bentuk kekerasan, terorisme, dan diskriminasi, terlepas dari target dan pelakunya.
Kami menghimbau pembaca untuk tidak menyebarkan konten yang berpotensi memicu kebencian antarkelompok atau menyebar informasi yang belum terverifikasi. Solidaritas kemanusiaan harus menjadi prioritas di atas segala perbedaan agama, ras, dan etnis.
Untuk WNI yang berada di Australia, khususnya wilayah Sydney dan New South Wales, diharapkan untuk selalu waspada, mengikuti arahan otoritas setempat, dan menjaga komunikasi dengan KJRI Sydney. Keselamatan adalah prioritas utama.
Semoga para korban diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. Semoga tragedi seperti ini tidak terulang kembali.
Penulis: Setiawan Ade
Editor: Zulkifli




