Mewartakan dengan Jiwa

Konferensi Pers PSSI: STY Tak Akan Kembali, Pelatih Baru Masih Gelap, Target Piala Dunia Diundur ke 2034

g4bpk mxyaa6gen

JAKARTA, Warta Jiwa – Setelah lebih dari seminggu menghilang dari sorotan publik pasca pemecatan Patrick Kluivert, Ketua Umum PSSI Erick Thohir akhirnya menggelar konferensi pers di Stadion Utama Gelora Bung Karno pada Jumat sore (24/10/2025).

Tapi alih-alih memberikan jawaban yang dinanti jutaan suporter Indonesia, konferensi pers ini justru meninggalkan lebih banyak pertanyaan daripada kepastian.

Pelatih Baru: Belum Ada Bayangan

Pertanyaan paling ditunggu adalah: siapa pelatih baru Timnas Indonesia? Jawabannya: PSSI masih belum tahu.

“Coach Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert sudah menjadi bagian masa lalu. Tapi, apa yang telah diberikan coach Shin Tae-yong kita apresiasi, apa yang kekurangannya kita pelajari. Sama seperti Coach Patrick,” ujar Erick Thohir.

“Makanya kita mencari pelatih yang lebih baik dari (pelatih) sebelumnya, dengan track record-nya, dengan targetnya. Targetnya ada yang jangka pendek dan jangka panjang,” tambahnya.

Yang mengejutkan: PSSI bahkan belum memulai proses seleksi secara serius. Erick menegaskan bahwa daftar lima nama kandidat pelatih yang beredar di media sosial bukan berasal dari PSSI dan masih dalam tahap evaluasi internal.

“Tidak mudah mencari pelatih baru untuk Timnas Indonesia,” kata Erick, seolah baru menyadari kompleksitas masalah yang seharusnya sudah diantisipasi sejak awal.

STY Tidak Akan Kembali: Move On!

Bagi sebagian suporter yang berharap Shin Tae-yong akan dikontrak kembali setelah kesuksesan era pertamanya, Erick Thohir memberikan pesan tegas: lupakan STY dan Patrick Kluivert.

“Masyarakat harus move on, dan tunggu info tentang pelatih baru,” tegas Erick.

Pernyataan ini mengonfirmasi bahwa meskipun STY berhasil membawa Indonesia lolos ke putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 untuk pertama kalinya, pintu kembalinya sudah tertutup rapat. Keputusan PSSI untuk memecat STY di tengah jalan pada Januari 2025 kini terlihat semakin kontroversial setelah penggantinya, Patrick Kluivert, gagal total.

Pertanyaannya: jika STY tidak akan kembali dan pelatih baru belum ada, siapa yang akan membawa Timnas dalam waktu dekat?

FIFA Matchday November: Timnas Senior Libur

PSSI mengumumkan bahwa Timnas senior tidak akan bertanding pada FIFA Matchday November 2025. Slot tersebut akan diberikan kepada Timnas U-22 untuk persiapan SEA Games 2025 di Thailand pada Desember mendatang.

“FIFA Matchday ya kita hari ini prioritaskan untuk persiapan SEA Games, Timnas Indonesia U-22 yang di bawah Coach Indra Sjafri. Karena Desember sudah SEA Games,” kata Erick.

Keputusan ini masuk akal mengingat PSSI belum memiliki pelatih untuk Timnas senior. Tapi di sisi lain, ini juga berarti Timnas senior akan vakum selama hampir dua bulan tanpa pertandingan resmi – sebuah kemunduran serius dalam persiapan menuju Piala Asia 2027.

Pemain Naturalisasi untuk Timnas U-22

Dalam persiapan SEA Games 2025, PSSI akan menurunkan tiga pemain naturalisasi untuk memperkuat Timnas U-22:

  1. Ivar Jenner – Gelandang berusia 22 tahun
  2. Adrian Wibowo – Bek yang baru saja mendapat izin naturalisasi
  3. Marselino Ferdinan – Gelandang serang bintang yang kini bermain untuk klub Belgia

Keputusan ini menuai pro-kontra. Di satu sisi, pemain-pemain ini bisa meningkatkan kualitas tim U-22. Di sisi lain, ada pertanyaan tentang apakah SEA Games adalah ajang yang tepat untuk mereka, mengingat kompetisi ini adalah turnamen untuk pemain lokal dari negara-negara Asia Tenggara.

Target Piala Dunia: Dari 2026 ke 2034

Salah satu pernyataan paling kontroversial dari konferensi pers ini adalah tentang target lolos Piala Dunia.

Menurut blueprint PSSI, target Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia kini diundur ke tahun 2034 – delapan tahun dari sekarang.

Ini adalah mundur drastis dari ambisi awal yang menargetkan Piala Dunia 2026 (gagal) dan kemudian 2030. Kini, target tersebut digeser dua siklus lagi.

Target jangka pendek dan menengah:

  • Piala Asia 2027: Lolos ke 16 besar
  • Piala Dunia 2030: Lolos putaran final

Erick Thohir menegaskan: “Soal kriteria, kita ada target-target untuk AFC 2027, bisa tidak masuk 16 besar. Karena kalau ranking kita itu kan di Asia masih 20 besar, bisa nggak masuk 16 besar. Lalu bisa nggak dengan itu kita membuka lagi target lolos Piala Dunia.”

Pernyataan ini terdengar sangat defensif dan jauh dari ambisi besar yang selalu dikampanyekan PSSI.

Coach Nova untuk Timnas U-20

Setelah sukses membawa Timnas U-17 ke Piala Dunia U-17, Coach Nova Arianto dipersiapkan untuk melatih Timnas U-20 ke depannya.

Ini adalah kabar baik dan menunjukkan PSSI memiliki sistem yang jelas untuk pembinaan usia muda. Nova telah membuktikan kemampuannya di level U-17, dan perpindahannya ke U-20 adalah progres yang logis.

Isu Keluar dari AFC: Hoax!

Dalam beberapa hari terakhir, beredar isu bahwa Indonesia akan bergabung dengan Jepang, Korea Selatan, dan Irak untuk keluar dari AFC (Asian Football Confederation).

PSSI dengan tegas membantah: “Mohon jangan besar-besarkan isu Indonesia gabung Jepang, Korsel, Irak keluar dari AFC, tidak baik bagi federasi kita. Intinya isu tersebut hoax.”

Isu ini memang tidak masuk akal mengingat kompleksitas struktur FIFA dan AFC, serta tidak ada manfaat strategis bagi Indonesia untuk keluar dari AFC.

Staf Teknik Tetap Bertahan

Kabar baiknya, tiga nama penting di struktur teknis PSSI masih bertahan:

  1. Alexander Zwiers – Direktur Teknik
  2. Jordi Cruyff – Penasihat Teknik
  3. Simon Tahamata – Kepala Pemandu Bakat

Ketiganya masih akan melanjutkan tugas mereka di PSSI. Ini penting untuk menjaga kontinuitas program jangka panjang, meskipun pelatih senior terus berganti.

Kritik: Konferensi Pers yang Mengecewakan

Setelah menyimak konferensi pers selama hampir satu jam, sulit untuk tidak merasa kecewa. PSSI seharusnya datang dengan jawaban konkret, tapi yang diberikan adalah:

1. Tidak Ada Kepastian Pelatih Baru

Lebih dari seminggu sejak pemecatan Kluivert, PSSI bahkan belum memulai proses seleksi serius. Ini menunjukkan kurangnya persiapan dan antisipasi dari manajemen PSSI.

2. Target yang Terus Mundur

Dari Piala Dunia 2026, ke 2030, dan sekarang 2034 – setiap kali gagal, target hanya diundur tanpa ada evaluasi mendasar tentang apa yang salah dengan sistem.

3. Komunikasi yang Buruk

Erick Thohir bahkan meminta wartawan untuk “dewasa” dan “saling menghargai” ketika ditanya tentang pelatih baru, seolah-olah pertanyaan itu tidak relevan. Padahal, rakyat berhak tahu arah Timnas ke depan.

4. Tidak Ada Pertanggungjawaban

Tidak ada penjelasan jelas tentang mengapa keputusan memecat STY dan menunjuk Kluivert bisa begitu salah. Tidak ada yang bertanggung jawab atas kegagalan ini.

Pertanyaan yang Harus Dijawab PSSI

Setelah konferensi pers ini, ada beberapa pertanyaan krusial yang masih menggantung:

1. Kapan tepatnya pelatih baru akan diumumkan? “Dalam waktu dekat” bukan jawaban yang memuaskan. Suporter butuh timeline yang jelas.

2. Apa kriteria konkret untuk pelatih baru? Erick hanya menyebutkan “lebih baik dari sebelumnya” – tapi apa ukurannya? Track record? Gaya bermain? Kemampuan komunikasi?

3. Siapa yang bertanggung jawab atas kegagalan era Kluivert? Keputusan untuk memecat STY dan merekrut Kluivert adalah keputusan PSSI. Siapa yang akan bertanggung jawab atas blunder ini?

4. Bagaimana PSSI akan mengisi kekosongan FIFA Matchday November? Timnas senior vakum dua bulan – apakah tidak ada rencana untuk menjaga performa pemain?

5. Apa yang membuat PSSI yakin target 2034 bisa tercapai? Dengan sistem yang sama, manajemen yang sama, apakah hasil akan berbeda?

Penutup: Ketidakpastian yang Menyakitkan

Konferensi pers PSSI sore ini seharusnya menjadi momen untuk memberikan kepastian dan arah yang jelas bagi Timnas Indonesia. Tapi yang terjadi justru sebaliknya: lebih banyak ketidakpastian, lebih banyak kebingungan, dan lebih banyak kekecewaan.

Timnas Indonesia kini berada dalam limbo. Tidak ada pelatih, tidak ada pertandingan dalam waktu dekat, dan target-target yang terus diundur tanpa evaluasi yang jelas.

Yang paling menyedihkan adalah sikap PSSI yang terkesan tidak siap dan tidak memiliki rencana yang matang. Ini adalah federasi yang mengelola sepak bola negara dengan 275 juta penduduk, tapi keputusan-keputusannya terkesan reaktif dan tidak profesional.

Suporter Indonesia sudah terlalu sering dikecewakan. Mereka sudah terlalu lama menunggu. Dan konferensi pers hari ini membuktikan bahwa penantian itu masih akan berlanjut.

Entah sampai kapan.


CATATAN REDAKSI:
Artikel ini disusun berdasarkan informasi dari konferensi pers PSSI 24 Oktober 2025 dan sumber kredibel termasuk CNN Indonesia, Okezone, tvOne News, Detik Sport, Tirto.id, dan Suara.com. Warta Jiwa berkomitmen mewartakan dengan jiwa, mengkritisi kebijakan yang tidak jelas dan membela hak suporter untuk mendapat informasi yang transparan.

Bagikan Warta Ini

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *