Jakarta, Wartajiwa.com – Kebakaran mematikan yang melanda gedung kantor PT Terra Drone Indonesia di Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Selasa (9/12/2025) menewaskan 22 karyawan dan menyisakan sejumlah pertanyaan kritis. Direktur Utama perusahaan, Michael Wisnu Wardhana (MW), kini telah ditetapkan sebagai tersangka oleh Polres Metro Jakarta Pusat dengan jeratan pasal berlapis terkait kelalaian yang mengakibatkan kematian.
Direktur Utama MW Ditetapkan Tersangka, Dijerat Pasal Kelalaian yang Menyebabkan Kematian
Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Pusat AKBP Roby Saputra mengonfirmasi penetapan tersangka MW pada Rabu (10/12/2025) setelah melalui gelar perkara. Tersangka dijerat dengan Pasal 187, 188, dan 359 KUHP yang mengatur tentang tindak pidana terkait kebakaran, ledakan, dan kelalaian yang menyebabkan kematian dengan ancaman hukuman 5 hingga 12 tahun penjara.
Kebakaran yang terjadi sekitar pukul 12.43 WIB ini menewaskan 22 orang—15 perempuan dan 7 laki-laki, termasuk seorang ibu hamil. Para korban sebagian besar ditemukan di lantai 3 hingga 5 dalam kondisi mati lemas akibat kehabisan oksigen, bukan luka bakar. Asap beracun dari baterai litium yang terbakar memperparah kondisi karyawan yang terjebak.
Kelalaian Fatal: Gedung Tak Laik Fungsi dan Tangga Darurat yang Terlalu Sempit
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menyatakan gedung tersebut tidak memenuhi Sertifikat Laik Fungsi (SLF) dan melanggar standar keselamatan. Struktur bangunan dinilai memiliki tangga darurat yang terlalu sempit dan hanya memiliki satu akses keluar-masuk, sehingga ketika api muncul dari lantai 1, para karyawan terjebak di lantai atas.
Kepala Dinas Gulkarmat DKI Jakarta Bayu Megantara menjelaskan bahwa kebakaran diduga berawal dari baterai litium di lantai 1 yang berfungsi sebagai gudang dan tempat servis drone. Meski sempat dipadamkan dengan lima unit APAR oleh karyawan, api terus membesar dan asap pekat menyebar cepat ke seluruh lantai.
Pramono menyoroti ukuran tangga yang sangat sempit dan ketiadaan sistem penyelamatan yang memadai, meski gedung digunakan untuk aktivitas berisiko tinggi seperti penyimpanan baterai litium.
Jejak “Terra Agri”: Hubungan Perusahaan dengan Ekspansi Sawit di Sumatera
Tragedi ini menarik perhatian publik karena Terra Drone Indonesia, yang dikenal sebagai penyedia jasa drone nomor satu di dunia, memiliki rekam jejak aktif dalam pemetaan perkebunan kelapa sawit di Sumatera melalui layanan “Terra Agri”.
Pada tahun 2021, Terra Drone bermitra dengan International Finance Corporation (IFC) dari World Bank Group untuk studi pemanfaatan teknologi drone dalam pemantauan petani kelapa sawit swadaya di Riau, Sumatera. Perusahaan ini menyediakan layanan pemetaan beresolusi tinggi, sensus pohon, dan survei kondisi lahan yang digunakan perusahaan-perusahaan besar untuk perencanaan operasional perkebunan sawit.
Klien mereka di industri perkebunan mencakup nama-nama besar seperti Sinar Mas, PTPN 5, dan PTPN 6, dengan layanan yang meliputi drone pemetaan, drone sprayer, hingga drone inspeksi untuk ribuan hektare kebun sawit.
Spekulasi Intimidasi: Hilangnya Dokumentasi Pemetaan Lahan Sawit Jadi Tanda Tanya
Kebakaran ini memunculkan spekulasi di tengah masyarakat, mengingat banjir bandang besar yang melanda Sumatera Utara, Aceh, dan Sumatera Barat akhir November 2025 telah menewaskan ratusan orang dan memicu diskusi publik tentang peran deforestasi akibat ekspansi perkebunan kelapa sawit.
Sebagian pihak menyebut kebakaran Terra Drone sebagai dugaan intimidasi untuk menghilangkan dokumentasi pemetaan lahan sawit di Sumatera. Pasalnya, Terra Drone menyimpan data pemetaan yang sangat detail dari berbagai perkebunan sawit yang mereka tangani selama bertahun-tahun—data yang kini ikut lenyap dalam kebakaran.
Saat ini, belum ada bukti konkret yang menunjukkan adanya sabotase atau intimidasi dalam kasus kebakaran ini. Namun, timing kejadian yang berdekatan dengan bencana Sumatera dan perdebatan publik tentang dampak perkebunan sawit terhadap lingkungan membuat spekulasi terus beredar.
Pernyataan Resmi Terra Drone
Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada 9 Desember 2025, Terra Drone Indonesia menyatakan belasungkawa mendalam kepada keluarga korban dan menegaskan bahwa keselamatan karyawan adalah prioritas utama. Perusahaan mengaku sedang bekerja sama sepenuhnya dengan pihak berwenang dalam investigasi penyebab kebakaran.
“Fokus kami saat ini adalah memberikan dukungan kepada para karyawan serta keluarga yang terdampak, termasuk penyediaan akomodasi dan bantuan kemanusiaan yang diperlukan,” bunyi pernyataan tersebut.
Tanggung Jawab Pemerintah DKI dan Desakan Evaluasi Standar Keselamatan Gedung
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan menanggung seluruh biaya pemakaman korban meninggal dan perawatan korban luka. Gubernur Pramono Anung juga memerintahkan evaluasi menyeluruh terhadap standar keselamatan gedung-gedung di Jakarta, khususnya bangunan yang tumbuh tanpa memenuhi persyaratan kelayakan fungsi.
Tim Laboratorium Forensik Polri masih melanjutkan investigasi untuk menentukan penyebab pasti kebakaran dan apakah ada unsur kelalaian atau faktor lain yang perlu dipertanggungjawabkan secara hukum.
CATATAN REDAKSI:
Tragedi Terra Drone mengingatkan kita pada pentingnya kepatuhan terhadap standar keselamatan gedung, terutama untuk bangunan yang menyimpan material berbahaya seperti baterai litium. Dalam konteks yang lebih luas, kasus ini juga memunculkan pertanyaan kritis tentang transparansi data lingkungan dan tanggung jawab perusahaan teknologi yang terlibat dalam pemetaan sumber daya alam.
Masyarakat berhak mengetahui dampak ekologis dari ekspansi perkebunan yang dipetakan oleh perusahaan seperti Terra Drone, terutama di tengah krisis bencana hidrometeorologi yang melanda Sumatera. Investigasi menyeluruh dan transparansi penuh dari semua pihak terkait adalah kunci untuk mencegah berulangnya tragedi serupa dan memastikan keadilan bagi para korban serta keluarganya.
*Wartajiwa.com akan terus memantau perkembangan kasus ini.
Penulis: Setiawan Ade
Editor: Vincencius Vino





